Kebakaran
liar, salah satu bencana yang disebabkan oleh alam.
Bencana alam adalah suatu peristiwa alam
yang mengakibatkan dampak besar bagi populasi manusia. Peristiwa alam dapat berupa banjir, letusan gunung berapi,
gempa bumi, tsunami, tanah longsor, badai salju, kekeringan, hujan es, gelombang panas, hurikan, badai tropis, taifun, tornado, kebakaran liar dan wabah penyakit. Beberapa bencana alam terjadi
tidak secara alami. Contohnya adalah kelaparan, yaitu kekurangan bahan pangan dalam jumlah besar yang disebabkan oleh kombinasi
faktor manusia dan alam. Dua jenis bencana alam yang diakibatkan dari luar angkasa jarang mempengaruhi manusia, seperti
asteroid dan badai matahari.
Pengertian dalam kebudayaan manusia dan pemahaman
religius
Sejak masa
lalu manusia telah menghadapi bencana alam yang berulang kali melenyapkan
populasi mereka. Pada zaman dahulu, manusia sangat rentan akan dampak bencana
alam dikarenakan keyakinan bahwa bencana alam adalah hukuman dan simbol kemarahan dewa-dewa.
Semua peradaban kuno menghubungkan lingkungan tempat tinggal mereka dengan dewa
atau tuhan yang dianggap manusia dapat memberikan
kemakmuran maupun kehancuran. Kata bencana dalam Bahasa Inggris "disaster" berasal dari
kata Bahasa Latin "dis" yang bermakna
"buruk" atau "kemalangan" dan "aster" yang
bermakna "dari bintang-bintang". Kedua kata tersebut jika dikombinasikan
akan menghasilkan arti "kemalangan yang terjadi di bawah bintang",
yang berasal dari keyakinan bahwa bintang dapat memprediksi
suatu kejadian termasuk peristiwa yang buruk.
Bencana alam sepanjang masa
Zaman kuno
The Last Day
of Pompeii (1833),
lukisan karya Karl
Briullov yang menceritakan letusan Gunung Vesuvius di Pompeii, tahun 79.
Bencana alam
yang dialami oleh manusia pada masa kuno tercatat dalam kitab suci, mitos,
cerita-cerita rakyat, Bencana alam yang terjadi
di zaman kuno umumnya diketahui secara jelas lewat catatan
sejarah dan hasil penelitian arkeologi. Beberapa di antaranya:
- Wabah Antonine, penyakit yang menyebar pada masa Kekaisaran Romawi tahun 165 M -189 M. Dinamakan demikian karena salah satu korbannya adalah Marcus Aurelius Antoninus, kaisar Romawi. Dinamakan juga Demam Galen karena didokumentasikan dengan baik oleh Galen, seorang dokter Yunani. Sejarawan meyakini bahwa Demam Antonine tidak lain adalah wabah cacar air yang dibawa oleh para serdadu Romawi yang pulang berperang dari timur. Akibat wabah ini lebih dari 5 juta orang tewas di Kekaisaran Romawi. Seorang sejarawan bernama Dio Cassius menulis bahwa di Roma sendiri, hampir 2000 orang meninggal setiap harinya.
- Gempa Kreta dan Tsunami Alexandria, terjadi pada tanggal 21 Juli tahun 365. Dimulai dengan gempa bumi besar yang terjadi di dasar Laut Tengah dekat Pulau Kreta, Yunani, dengan kekuatan diperkirakan mencapai 8 skala richter atau lebih. Gempa ini menghancurkan hampir seluruh kota di pulau tersebut yang kemudian diikuti tsunami besar yang melanda Yunani, Libya, Siprus, Sisilia dan Mesir. Catatan mengenai bencana alam ini paling baik terdokumentasikan di Alexandria (Iskandariah), Mesir. Sejarawan Ammianus Marcellinus menuliskan dengan detail bagaimana air laut menghempas dan menghancurkan kota Alexandria.
- Letusan Gunung Vesuvius, terjadi pada tanggal 29 Agustus 79 di Teluk Napoli, Italia. Banjir lahar yang ditimbulkan Gunung Vesuvius mengubur kota Pompeii dan Herculaneum yang berdekatan. Awalnya dimulai dengan gempa bumi namun diabaikan oleh warga kota tersebut. Namun akhirnya menjadi lebih besar diiringi muntahan debu, banjir lahar dan asap yang membumbung tinggi. Kota Pompeii dan Herculaneum ditemukan pada tahun 1631 setelah dilakukannya pembersihan oleh warga setempat. Pada abad ke-20, keberadaan kota ini secara jelas terkuak dengan jasad-jasad manusia yang telah menjadi fosil utuh.
- Erupsi Santorini, terjadi sekitar tahun 1645 SM. Informasi bencana alam ini umumnya diketahui lewat penelitian arkeologi. Diketahui bahwa tahun 1645 SM, gunung berapi yang meletus di Santorini menghancurkan permukiman di pulau tersebut beserta Pulau Kreta di dekatnya. Pada zaman moderen, sisa-sisa peradaban manusia yang lenyap akibat bencana tersebut telah ditemukan dan masih terus dipelajari.
- Gempa Bumi dan Tsunami Helike, terjadi pada tahun 375 SM. Bencana alam ini mengakibatkan kota Helike yang berada di Teluk Korintus, Yunani tenggelam ke dasar laut. Korban jiwa tak diketahui. Penelitian terhadap reruntuhan permukiman manusia zaman itu mulai dilakukan sejak akhir abad ke-19 dengan penemuan reruntuhan kota, jalan-jalan dan artefak.
Bencana alam di abad ke-20 sampai 21
Pemanasan Global karena suhu yang meningkat
drastis selama tahun 2000-2009.
Pada abad
ke-20, beberapa bencana alam yang paling umum adalah kelaparan dan wabah.
Sejak awal abad ke-20, lebih dari 70 juta orang tewas akibat kelaparan, dengan
korban 30 juta orang tewas selama masa kelaparan di Cina
dari tahun 1958-1961. Di Uni Soviet, beberapa
kali terjadi kelaparan yang diakibatkan kebijakan kolektif
Stalin yang membunuh jutaan orang. Dalam sejarah,
kelaparan telah mengakibatkan munculnya sifat buruk manusia seperti kekejaman
dan kanibalisme. Bencana alam terburuk lainnya pada
abad ke-20 adalah wabah. Pandemi terburuk terutama adalah
menularnya Flu Spanyol di seluruh
dunia dari tahun 1918-1919 yang membunuh 50 juta orang, lebih banyak daripada
korban Perang Dunia I yang
terjadi sebelumnya.
Pada abad
ke-21, bencana alam yang semakin banyak terjadi adalah bencana terkait iklim
yang disebabkan meningkatnya suhu bumi (pemanasan global). Pemanasan global sebagian
besar diikuti banjir, kekeringan, cuaca ekstrim dan musim
yang tak bisa diramal. Perubahan iklim berpotensi meningkatkan kemiskinan dan kerentanan dalam jumlah besar.
Pada saat yang sama bencana iklim semakin meningkat, lebih banyak manusia yang
terkena dampaknya dikarenakan kemiskinan, kurangnya sumber daya, pertumbuhan
populasi, pergerakan dan penempatan manusia ke daerah yang tidak menguntungkan.
Jenis bencana alam
Hurikan Katrina, 2005.
Bencana alam
dapat dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu bencana alam yang bersifat meteorologis, bencana alam yang bersifat geologis, wabah
dan bencana ruang angkasa.
Bencana alam meteorologi
Bencana alam
meteorologi atau hidrometeorologi berhubungan dengan iklim. Bencana ini umumnya
tidak terjadi pada suatu tempat yang khusus, walaupun ada daerah-daerah yang
menderita banjir musiman, kekeringan atau badai tropis (siklon, hurikan, taifun) dikenal terjadi pada daerah-daerah tertentu. Bencana
alam bersifat meteorologis seperti banjir dan kekeringan merupakan bencana alam
yang paling banyak terjadi di seluruh dunia. Beberapa di antaranya hanya
terjadi suatu wilayah dengan iklim tertentu. Misalnya hurikan terjadi hanya di Karibia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan bagian utara. Kekhawatiran
terbesar pada abad moderen adalah bencana yang disebabkan oleh pemanasan global.
Bencana alam geologi
Letusan Gunung Merapi.
Bencana alam
geologi adalah
bencana alam yang terjadi di permukaan bumi seperti gempa bumi, tsunami, tanah longsor dan gunung meletus. Gempa bumi dan gunung meletus
terjadi di hanya sepanjang jalur-jalur pertemuan lempeng tektonik di darat atau lantai samudera.
Contoh bencana alam geologi yang paling umum adalah gempa bumi, tsunami dan gunung meletus. Gempa bumi terjadi karena gerakan
lempeng tektonik. Gempa bumi pada lantai samudera dapat memicu gelombang
tsunami ke pesisir-pesisir yang jauh. Gelombang yang disebabkan oleh peristiwa
seismik memuncak pada ketinggian kurang dari 1 meter di laut lepas namun
bergerak dengan kecepatan ratusan kilometer per jam. Jadi saat mencapai
perairan dangkal, tinggi gelombang dapat melampaui 10 meter. Gunung meletus diawali oleh suatu periode
aktivitas vulkanis seperti hujan abu,
semburan gas
beracun, banjir lahar dan muntahan batu-batuan.
Aliran lahar dapat berupa banjir lumpur atau kombinasi lumpur dan debu yang disebabkan mencairnya salju
di puncak gunung, atau dapat disebabkan hujan
lebat dan akumulasi material yang tidak stabil.
Wabah
Wabah atau
epidemi adalah penyakit menular
yang menyebar melalui populasi manusia di dalam ruang lingkup yang besar,
misalnya antar negara atau seluruh dunia. Contoh wabah terburuk yang memakan
korban jiwa jumlah besar adalah pandemi flu,
cacar dan tuberkulosis.
Bencana alam dari ruang angkasa
Bencana dari
ruang angkasa adalah datangnya berbagai benda langit seperti asteroid atau gangguan badai matahari. Meskipun dampak langsung asteroid
yang berukuran kecil tidak berpengaruh besar, asteroid kecil tersebut berjumlah
sangat banyak sehingga berkemungkinan besar untuk menabrak bumi.
Bencana ruang angkasa seperti asteroid dapat menjadi ancaman bagi negara-negara
dengan penduduk yang banyak seperti Cina,
India, Amerika Serikat, Jepang, dan Asia Tenggara.
Dampak bencana alam
Kehancuran
fasilitas akibat Gempa bumi Haiti 2010.
Bencana alam
dapat mengakibatkan dampak yang merusak pada bidang ekonomi, sosial dan lingkungan. Kerusakan
infrastruktur dapat mengganggu aktivitas sosial, dampak dalam bidang sosial
mencakup kematian, luka-luka, sakit, hilangnya tempat
tinggal dan kekacauan komunitas, sementara kerusakan lingkungan dapat mencakup
hancurnya hutan yang melindungi daratan. Salah satu bencana
alam yang paling menimbulkan dampak paling besar, misalnya gempa bumi, selama 5
abad terakhir, telah menyebabkan lebih dari 5 juta orang tewas, 20 kali lebih
banyak daripada korban gunung meletus. Dalam hitungan detik dan menit, jumlah
besar luka-luka yang sebagian besar tidak menyebabkan
kematian, membutuhkan pertolongan medis segera dari fasilitas kesehatan yang
seringkali tidak siap, rusak, runtuh karena gempa. Bencana seperti tanah longsor pun dapat memakan korban yang
signifikan pada komunitas manusia karena mencakup suatu wilayah tanpa ada
peringatan terlebih dahulu dan dapat dipicu oleh bencana alam lain terutama gempa bumi, letusan gunung berapi,
hujan lebat atau topan.
Manusia
dianggap tidak berdaya pada bencana alam, bahkan sejak awal peradabannya.
Ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen darurat menyebabkan kerugian dalam
bidang keuangan, struktural
dan korban jiwa.. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan manusia
untuk mencegah dan menghindari bencana serta daya tahannya. Menurut Bankoff
(2003): "bencana muncul bila bertemu dengan ketidakberdayaan".
Artinya adalah aktivitas alam yang berbahaya dapat berubah menjadi bencana alam
apabila manusia tidak memiliki daya tahan yang kuat.
Penanggulangan
Konstruksi
rumah yang menggunakan sistem pegas untuk persiapan terjadinya gempa bumi.
Penanggulangan
bencana alam atau mitigasi adalah upaya berkelanjutan untuk mengurangi
dampak bencana terhadap manusia dan harta benda. Lebih sedikit orang dan
komunitas yang akan terkena dampak bencana alam dengan menggerakan program ini.
Perbedaan tingkat bencana yang dapat merusak dapat diatasi dengan menggerakan
program mitigasi yang berbeda-beda sesuai dengan sifat masing-masing bencana
alam.
Persiapan
menghadapi bencana alam termasuk semua aktivitas
yang dilakukan sebelum terdeteksinya tanda-tanda bencana agar bisa
memfasilitasi pemakaian sumber daya alam
yang tersedia, meminta bantuan dan serta rencana rehabilitasi dalam cara dan
kemungkinan yang paling baik. Kesiapan menghadapi bencana alam dimulai dari
level komunitas lokal. Jika sumber daya lokal kurang mencukupi, maka daerah
tersebut dapat meminta bantuan ke tingkat nasional dan internasional.
Pada
wilayah-wilayah yang memiliki tingkat bahaya tinggi
("hazard"), memiliki kerentanan/kerawanan
("vulnerability'"), bencana alam tidak memberi dampak yang luas jika masyarakat setempat memiliki ketahanan terhadap
bencana ("disaster resilience"). Konsep ketahanan bencana
merupakan valuasi kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk
mendeteksi, mencegah dan menangani tantangan-tantangan serius dari bencana
alam. Sistem ini memperkuat daerah rawan bencana yang memiliki jumlah penduduk
yang besar.
Bencana alam di Indonesia dan penanggulangannya
Meulaboh, Aceh,
pasca Gempa bumi
Samudra Hindia 2004.
Indonesia
merupakan negara yang sangat rawan dengan bencana alam seperti gempa bumi,
tsunami, letusan gunung berapi, tanah longsor, banjir dan angin puting beliung.
Sekitar 13 persen gunung berapi dunia yang berada di kepulauan Indonesia
berpotensi menimbulkan bencana alam dengan intensitas dan kekuatan yang
berbeda-beda.
Gempa bumi dan
tsunami Samudra Hindia pada tahun 2004 yang memakan banyak korban
jiwa di Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam (NAD) dan Sumatera Utara memaksa diadakannya upaya cepat
untuk mendidik masyarakat agar dapat mempersiapkan diri dengan baik untuk
menghadapi bencana alam. Namun, upaya yang dilaksanakan tidak efektif karena
persiapan menghadapi bencana alam belum menjadi mata
pelajaran pokok dalam kurikulum di Indonesia. Materi-materi pendidikan
yang berhubungan dengan bencana alam juga tidak banyak.
Laporan
Bencana Asia Pasifik 2010 menyatakan bahwa masyarakat di kawasan Asia Pasifik 4 kali lebih rentan terkena dampak
bencana alam dibanding masyarakat di wilayah Afrika dan 25 kali lebih rentan daripada di Amerika Utara dan Eropa.
Laporan PBB tersebut memperkirakan bahwa lebih dari 18 juta jiwa terkena dampak
bencana alam di Indonesia dari tahun 1980 sampai 2009. Dari laporan yang sama
Indonesia mendapat peringkat 4 sebagai salah satu negara yang paling rentan
terkena dampak bencana alam di Asia Pasifik dari tahun 1980-2009. Laporan
Penilaian Global Tahun 2009 pada Reduksi Resiko Bencana juga memberikan
peringkat yang tinggi untuk Indonesia pada level pengaruh bencana terhadap
manusia – peringkat 3 dari 153 untuk gempa bumi dan 1 dari 265 untuk tsunami.
Walaupun
perkembangan manajemen
bencana di Indonesia meningkat pesat sejak bencana tsunami tahun
2004, berbagai bencana alam yang terjadi selanjutnya menunjukkan diperlukannya
perbaikan yang lebih signifikan. Daerah-daerah yang rentan bencana alam masih
lemah dalam aplikasi sistem peringatan dini, kewasapadaan resiko bencana dan
kecakapan manajemen bencana. Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia yang
dimulai tahun 2005, masih dalam tahap pengembangan.
Menurut
kebijakan pemerintah Indonesia, para pejabat
daerah dan provinsi diharuskan berada di garis depan dalam manajemen bencana
alam. Sementara Badan
Nasional Penanggulangan Bencana dan tentara dapat membantu pada saat yang dibutuhkan.
Namun, kebijakan tersebut belum menciptakan perubahan sistematis di tingkat
lokal. Badan penanggulangan bencana daerah direncanakan di semua provinsi namun
baru didirikan di 18 daerah. Selain itu, kelemahan manajemen bencana di
Indonesia salah satunya dikarenakan kurangnya sumber daya dan kecakapan
pemerintah daerah yang masih bergantung kepada pemerintah pusat.
Sumber : sini MAN
Sumber : sini MAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar