3. Al-qalasadi
konstribusi Al-qalasadi dalam mengembangkan
matematika sungguh sangat tak ternilai. Ia sang matematikus Muslim abad ke-15,
kalau tanpa dia boleh jadi manusia tidak mengenai symbol-simbol ilmu hitung.
Sejarah mencatat alqasadi merupakan salah seorang matematikus muslim yang
berjasa mengenalkan symbol-simbol Aljabar. Symbol-simbol tersebut pertama kali
dikembangkan pada abad 14 oleh ibnu al-banna kemudian pada abad 15 dikembangkan
oleh al-Qasadi, al-Qasadi memperkenalkan symbol-simbol matematika dengan
menggunakan karakter dari alphabet arab. Ia menggunakan wa yang berarti dan
untuk penambahan(+), untuk pengurangan(-), al Qasadi menggunakan illa
berate”kurang” sedangkan perkalian (X) ia menggunakan fi yang berarti “kali”.
Symbol ala yang berarti bagi digunakan untuk pembagian (/).
Selain
itu, al-Qalasadi juga menggunakan simbol j untuk melambangkan ''akar''.
Simbol sh digunakan untuk melambangkan sebuah variable (x). Lalu, ia menggunakan
simbol m) untuk melambangkan ''kuadrat'' (X2). Huruf k digunakan sebagai simbol
''pangkat tiga'' (x3). Sedangkan, melambangkan persamaan (=).
Tanpa jasa al-Qalasadi, boleh jadi masyarakat modern tak akan mengenal simbol Aljabar yang sangat penting itu. Lalu, sebenarnya siapakah al-Qalasadi itu? Matematikus Muslim terkemuka itu bernama lengkap Abu al-Hasan ibnu Ali al-Qala?adi. Ia terlahir pada 1412 di Bastah (sekarang, Baza), Andalusia yang kini dikenal sebagai Spanyol.
Tanpa jasa al-Qalasadi, boleh jadi masyarakat modern tak akan mengenal simbol Aljabar yang sangat penting itu. Lalu, sebenarnya siapakah al-Qalasadi itu? Matematikus Muslim terkemuka itu bernama lengkap Abu al-Hasan ibnu Ali al-Qala?adi. Ia terlahir pada 1412 di Bastah (sekarang, Baza), Andalusia yang kini dikenal sebagai Spanyol.
Menurut
JJ O'Connor dan EF Robertson, Andalusia berasal dari bahasa Arab,
al-Andalus. Nama itu digunakan umat Islam untuk menyebut seluruh wilayah
Spanyol dan Portugal yang pernah dikuasai umat Muslim dari abad ke-8 M hingga
abad ke-11. Wilayah tempat berdirinya Kekhalifahan Umayyah Spanyol itu,
kemudian direbut kembali orang Kristen.
Andalusia,
kata O'Connor, hanya digunakan untuk menyebut kawasan yang tersisa di
bawah kekuasaan Islam. Penaklukan Kristen terhadap wilayah Andalusia
membutuhkan empat abad. Andalusia merupakan wilayah yang makmur pada abad ke-13
M. Di wilayah itu, terdapat Alhambra, istana yang indah dan benteng dari
penguasa Granada.
Al-Qalasadi
adalah seorang intelektual Muslim yang dibesarkan di Bastah. Masa
kanak-kanaknya dilalui dengan sangat sulit. Pada masa itu, Kerajaan Kristen
sering menyerang kota Bastah. Meski hidup dalam situasi keamanan yang tak
stabil, ia tak pernah melalaikan tugasnya untuk belajar dan menimba ilmu.
Ilmu
hukum dan Alquran merupakan pelajaran pertama yang diperolehnya di tanah kelahiran.
Setelah menginjak remaja, al-Qalasadi hijrah ke selatan, menjauhi zona perang
menuju Granada. Di kota itu, ia melanjutkan studinya mempelajari ilmu filsafat,
ilmu pengetahuan dan hukum Islam. Al-Qalasadi sering melakukan perjalanan ke
negara-negara Islam. Secara khusus, dia menghabiskan banyak waktunya di
Afrika Utara. Dia hidup di negara-negara Islam yang memberikan dukungan kuat
terhadap Andalusia baik secara politik maupun dengan bantuan militer dalam
melakukan perlawanan terhadap serangan Kristen.
Dia
menghabiskan waktu di Tlemcen (sekarang di barat laut Aljazair, dekat
perbatasan Maroko). Di tempat itu, ia belajar di bawah bimbingan
guru-gurunya untuk mempelajari aritmatika dan aplikasinya. Setelah itu,
dia hijrah ke Mesir untuk berguru pada beberapa ulama terkemuka.
Al-Qalasadi
juga sempat menunaikan ibadah haji ke Makkah dan kembali ke lagi Granada.
Ketika kembali ke Granada, keadaan wilayah tersebut semakin memburuk.
Bagian yang tersisa dari wilayah Muslim terus diserang orang-orang Kristen
Aragon dan Castile. Suasana itu tak menyurutkan tekadnya untuk tetap
mengajarkan ilmu yang dikuasainya.
Dalam
situasi genting pun, al-Qalasadi tetap mengajar dan menulis sderet karya yang
sangat penting. Serangan tentara Kristen yang terus-menerus membuat
kehidupannya di Granada, semakin sulit. Wilayah kekuasaan Muslim di
Granada habis pada 1492, ketika Granada jatuh ke tangan orang Kristen.
Selama
hidupnya, al-Qalasadi menulis beberapa buku mengenai aritmatika dan sebuah buku
mengenai aljabar. Beberapa di antaranya berisi komentar-komentar terhadap karya
Ibnu al-Banna yang bertajuk Talkhis Amal al-Hisab (Ringkasan dari Operasi
Aritmatika). Ibnu al-merupakan matematikus Muslim yang hidup satu abad lebih
awal dari al-Qalasadi.
Risalah
utama al-Qalasadi adalah al-Tabsira fi'lm al-Hisab (Klarifikasi Ilmu
Berhitung). Sayangnya, buku itu sulit dipelajari orang kebanyakan. Untuk
mempelajarinya dibutukan ketajaman pikiran. Buku itu sangat dipengaruhi
pemikiran Ibnu al-Banna. Meskipun al-Qalasadi sudah berusaha menyederhanakan
tingkat kerumitan karya al-Banna.
Buku
aritmatika karya al-Qalasadi yang lebih sederhana, terbukti begitu
populer dalam pengajaran aritmatika di Afrika Utara. Karya-karyanya itu
digunakan selama lebih dari 100 tahun. Jejak intelektual al-Qalasadi
rupanya cukup dikenal dan diketahui para sejarawan
Salah
seorang penulis yang bernama J Samso Moya, mengatakan, para penulis
menganalisis karya para ahli matematika dari Maghrib (Afrika Utara) seolah-olah
mereka sepenuhnya tidak terpengaruh dari pendahulu mereka di Timur Islam.
Hal
itu, kata Moya, mendorong mereka untuk menekankan pentingnya mengunakan simbol
aljabar yang digunakan Al-Qalasadi (1412-1486), tanpa memperhatikan
usaha-usaha serupa sebelumnya baik di Timur maufut di Barat Islam. Para penulis
di abad ke-19 percaya bahwa simbol-simbol aljabar pertama kali dikembangkan
dalam Islam oleh ahli matematika Spanyol-Arab Ibn al-Banna dan Al-Qalasadi.
Kalangkaan
simbol-simbol matematika di Italia, mungkin disebabkan ketidaktahuanilmuwan Italia
seperti, Leonardo Fibonacci akan adanya karya-karya hebat para ahli matematika
dari Andalusia. Boleh jadi simbol-simbol Aljabar tersebut bukan penemuan
al-Qalasadi, tetapi dia memiliki kontribusi yang besar dalam mengenalkan
simbol-simbol Aljabar tersebut kepada dunia. Simbol-simbol Aljabar tersebut
telah digunakan di kekaisaran Muslim Timur, bahkan mungkin lebih awal dari itu.
Tradisi
belajar di Andalusia sudah tampak sejak awal abad ke-9 M. Di wilayah kekuasaan
kekhalifahan Umayyah itu, anak-anak para pangeran, pejabat atau orang yang
terhormat harus belajar. Mereka belajar dari ajaran ilmiah menggunakan salinan
terjemahan karya ilmiah Yunani dan India.
Lalu
muncullah buku-buku pengajaran bahasa Arab pertama di Andalusia yang berasal
dari Baghdad, ibu kota Kekhalifahan Abbasiyah. Belajar bukan hanya hak
kelompok elite semata. Anak-anak para pedagang dan keluarga kerajaan
mendapatkan buku-buku dari orang tuanya yang kaya.
Melihat
keinginan yang besar untuk belajar, Khalifah akhirnya mendukung kegiatan-kegiatan
ilmiah dengan membiayai pembentukan sebuah perpustakaan penting untuk
menyediakan beraneka macam buku. Inisiatif Khalifah untuk memajukan pendidikan
dengan membangun banyak perpustakaan akhirnya meningkatkan perkembangan
kegiatan ilmiah di kota-kota utama Muslim Spanyol.
Beberapa
kota yang pendidikan dan ekonominya maju pada masa itu antara lain: Cordoba,
Toledo, Sevilla, Zaragoza dan Valencia. Selama sepertiga akhir abad ke-9 dan
abad ke-10 M, kegiatan mengajar dan penelitian berkembang pesat terutama dalam
bidang matematika.
Khalifah
Umayyah dpada abad ke-10 dan Khalifah Abd ar-Rahman III ( 912-961) serta
putranya al-Hakam II (961-976) sangat mendukung perkembangan dunia pendidikan
dan ilmu pengetahuan. Maka bisa dikatakan bahwa Andalusia -- tempat
kelahiran al-Qalasadi -- merupakan wilayah yang memiliki tradisi belajar dan
penelitian.
Pada
masa itu, berbagai macam karya astronomi maupun matematika banyak dilahirkan
oleh para ilmuwan besar, termasuk al-Qalasadi. Selain itu, banyak juga ilmuwan
yang lahir di Andalusia, termasuk Ibnu as-Samh dan al-Zahrawi, yang mendominasi
kegiatan ilmiah paruh pertama abad ke-11 M, serta menerbitkan banyak buku
di Spanyol dan di Maroko.
4. Al-ʿAbbas ibn Saʿid al-Jawhari
Al-Jawhari
adalah seorang matematikawan yang bekerja di Rumah di Baghdad. Karyanya yang
paling penting adalah Komentar tentang Elemen Euclid yang berisi hampir 50
proposisi tambahan dan bukti percobaan dalil paralel. Matematikawan Arab dan
astronomi yang menulis tentang (325 - 250 SM) Euclid's Elements dan menjadi
yang pertama untuk mencoba bukti dalil paralel. Lahir di Baghdad, al-Jawhari
adalah anggota sebuah lembaga ulama yang didirikan oleh khalifah al-Ma'mun
(sekitar 813-833). Dalam bukunya Commentary on Euclid's Elements, al-Jawhari
menyajikan sekitar 50 dalil selain yang ditawarkan oleh Euclid, ia berusaha
meskipun tidak berhasil untuk membuktikan postulat paralel. Sebagai seorang
astronom, al-Jawhari melakukan observasi baik dari Baghdad dan Damaskus.
Kita
tahu sedikit kehidupan al-Jawhari's kecuali bahwa ia dikaitkan dengan Rumah
yang luar biasa, yang didirikan di Baghdad oleh Khalifah al-Ma'mun. dirumah
kebijaksanaan itu pulalah matematikawan lain ditempatkan seperti al-Kindi, al-
Khawarizmi, Hunayn ibn Ishaq, Thabit bin qurra dan Banu Musa.
Al-Jawhari, dikenal dalam bidang geometri,
melakukan observasi di Baghdad sekitar tahun 829-830 ketika bekerja untuk
al-Ma'mun. Dia meninggalkan Baghdad sebelum kematian al-Ma'mun di 833, dalam
penelitian/pengamatannya di Damaskus di 832-833. Pekerjaan utama oleh
al-Jawhari tentang Komentar pada Elemen Euclid yang tertera dalam Index, sebuah
karya disusun oleh penjual buku Ibnu an-Nadim ditahun 988. Komentar pada
Euclid's Elements merupakan pekerjaan yang hampir sama dengan yang dijelaskan
oleh Nasir al-din al-Tusi walaupun al-Tusi memberikan judul yang sedikit
berbeda untuk pekerjaan al-Jawhari's.
Al-Tusi
mengutip enam dari hampir lima puluh proposisi yang bersama-sama membentuk apa
yang al-Jawhari yakini sebagai bukti postulat paralel. Ini berarti bahwa,
sejauh kita menyadari, al-Jawhari adalah matematikawan Arab pertama yang
mencoba membuktikan hal ini. Kenyataan bahwa bukti ini gagal kemudian dicatat
oleh al-Tusi. Al-Jawhari's adalah "bukti" contoh dari upaya awal
matematikawan Muslim untuk memahami konsep-konsep sulit dalam Elemen Euclid.
Berggren, meninjau, menyatakan terkejut, bukan pada argumen menyesatkan
al-Jawhari, tapi lebih kepada fakta bahwa mereka masih sedang berulang 400
tahun kemudian
5. Abd al-Hamid ibn Turk
Abd
al-Hamid ibn Turki (830), atau yang dikenal juga sebagaiʿ Abd al-Hamid bin Wase
bin Turk Jili adalah Matematikawan muslim Turki pada abad kesembilan. Tidak
banyak yang diketahui tentang biografinya. Dua catatan tentangnya, salah satu
oleh Ibnu Nadim dan yang lain oleh al-Qifti tidak identik. Namun al-Qifi
menyebutkan namanya sebagai Abd al-Hamid ibn Wase ibn Turk Jili. Jili berarti
dari Gilan.
Dia
menulis sebuah karya pada aljabar yang hanya terdiri dari bab "Kebutuhan
Logika dalam Persamaan Campuran", pada solusi persamaan kuadrat, dan masih
ada sampai saat ini. Dia menulis sebuah naskah berjudul Kebutuhan Logika dalam
Persamaan Campuran, yang sangat mirip dengan karya al-Khwarzimi's “Al-Jabr” dan
diumumkan pada sekitar waktu yang sama, atau bahkan mungkin lebih awal dari,
Al-Jabr. Naskah ini memberikan demonstrasi geometrik persis sama seperti yang
ditemukan di Al-Jabr, dan dalam satu kasus contoh yang sama seperti yang
ditemukan di Al-Jabr, dan bahkan melampaui Al-Jabr, dengan memberikan bukti
geometris bahwa jika determinan negatif maka persamaan kuadrat tidak ada
solusi. Kesamaan antara dua karya telah menyebabkan beberapa sejarawan untuk
menyimpulkan aljabar yang mungkin telah berkembang dengan baik pada saat
al-Khawarizmi dan 'Abd al-Hamid.
6. Yaʿqub ibn Isḥaq al-Kindi
Al-Kindi
atau Alkindus adalah seorang filsuf dan ilmuwan yang bekerja sebagai Rumah
Kebijaksanaan di Baghdad di mana ia menulis banyak komentar tentang karya-karya
Yunani. Kontribusi-nya untuk matematika mencakup banyak karya aritmatika dan
geometri.
Abu
Yusuf Yaʿqub ibn Isḥaq al-Ṣabbaḥal-Kindi yang lahir pada tahun 801 dan
wafat pada tahun 873 M ini juga dikenal sampai ke Barat oleh versi nama
Latinnya “Alkindus”. Alkindus dikenal di barat sebagai seorang polymath Arab
Irak, filsuf Islam, ilmuwan, peramal,
ahli astronomi, kosmologi, kimia, ahli logika, matematikawan, musisi, dokter,
ahli fisika, psikolog, dan meteorologi. Al-Kindi adalah yang pertama dari para
filsuf Peripatetik Muslim, dan dikenal atas usahanya untuk memperkenalkan filsafatYunani
dan Helenistik ke dunia Arab. Al-Kindi adalah seorang pelopor dalam kimia,
kedokteran, teori musik, fisika, psikologi, filsafat ilmu, dan juga dikenal
sebagai salah satu bapak kriptografi.
Al-Kindi
adalah keturunan dari suku Kinda yang merupakan bangsa Arab terkenal suku asli
dari Yaman. Ia dilahirkan dan dididik di Kufah, sebelum mengejar studi lanjut
di Baghdad. Al-Kindi menjadi tokoh terkemuka di Rumah dan sejumlah khalifah
Abbasiyah menunjuk dia untuk mengawasi penerjemahan teks ilmiah dan filsafat
Yunani ke dalam bahasa Arab. Ini kontak dengan "filosofi orang
dahulu" (sebagai filsafat Yunani danHelenistik yang sering disebut oleh
para sarjana Muslim) memiliki efekmendalam pada pengembangan intelektual, dan
membawanya untuk menulis risalah asli pada subyek mulai dari etika Islam dan
metafisika untuk matematika dan farmakologi. Dalam matematika, al-Kindi
memainkan peran penting dalam memperkenalkan angka Arab ke dunia Islam dan
Kristen. Dia adalah seorang pelopor dalam pembacaan sandi dan kriptologi, dan
metode baru dibuat dari memecahkan sandi, termasuk metode analisis frekuensi.
Menggunakan keahlian matematika dan medis, ia mengembangkan skala untuk
memungkinkan dokter untuk mengkuantifikasi potensi pengobatan mereka. Ia juga
bereksperimen dengan terapi musik. Tema sentral yang mendasari tulisan-tulisan
filosofis al-Kindi adalah kesesuaian antara filsafat dan ilmu-ilmu Islam
ortodoks, terutama teologi. Banyak karya-karyanya mensinergikan subyek teologi
yang bersangkutan, termasuk sifat Allah, jiwa, dan pengetahuan kenabian. Namun,
meskipun peran penting yang dimainkan dalam membuat filsafat diakses oleh
intelektual Muslim, output filosofisnya sendiri sebagian besar dibayangi oleh
al-Farabi dan sangat sedikit dari teks itu tersedia untuk sarjana modern untuk
dipelajari.
Al-Kindi
menulis pada sejumlah subjek matematika penting lainnya, termasuk aritmatika,
geometri, angka India, harmoni dari angka, garis dan perkalian dengan angka,
jumlah relatif, proporsi pengukuran dan waktu, dan prosedur numerik dan
kenselasi. Ia juga menulis empat jilid, Penggunaan angka India Ketab fi
Isti'mal al-'Adad al-Hindi yang memberikan kontribusi besar terhadap difusi
sistem penomoran India di Timur Tengah dan Barat. Dalam geometri, antara
karya-karya lain, ia menulis tentang teori paralel. Juga berhubungan dengan
geometri dia mengerjakan dua pekerjaan pada optik. Salah satu cara dimana ia
memanfaatkan matematika sebagai filsuf adalah upaya untuk menyangkal keabadian
dunia dengan menunjukkan bahwa sebenarnya tak terhingga adalah absurditas
matematis dan absurditas yang logis.
7. Banu Musa
Banu
Musa terdiri dari tiga bersaudara yang bekerja di Rumah Kebijaksanaan di
Baghdad. Risalah matematika paling terkenal mereka adalah Kitab dari Pengukuran
pesawat dan Angka Bulat, yang dianggap masalah yang sama seperti Archimedes
lakukan pada Pengukuran Lingkar, pada bola dan silinder. Mereka memberikan
kontribusi individual juga. Yang tertua, Jaʿjauh Muhammad khusus dalam geometri
dan astronomi. Dia menulis sebuah revisi kritis pada Apollonius 'Conics disebut
Aktiva dari kitab conics. Ahmad khusus dalam mekanika dan menulis sebuah karya
pada perangkat pneumatik disebut mekanika. Si bungsu al-Hasan khusus dalam
geometri dan menulis karya pada.
8. Al-Mahani
Ada
sedikit informasi tentang kehidupan al-Mahani. Kita tahu sedikit tentang
pekerjaan al-Mahani di astronomi dari buku astronomi karya Ibn Yunus
“al-Zij al-Hakimi al-kabir”. Dalam karya ini Ibnu Yunus mengkutip dari
tulisan al-Mahani, yang telah hilang, yang menggambarkan pengamatan al-Mahani
yang dibuat antara tahun 853 dan 866. Setidaknya kita telah akurat memahami
kehidupan al-Mahani dari sumber ini. Ibn Yunus menulis bahwa al-Mahani
mengamati gerhana bulan dan ia menghitung awal mereka dengan astrolabe dan
bahwa awal tiga gerhana berturut-turut sekitar setengah jam kemudian bisa
dihitung.
The
Fihrist (Index) adalah sebuah karya disusun oleh penjual buku Ibnu an-Nadim di
tahun 988. Ini memberikan laporan lengkap dari sastra bahasa Arab yang tersedia
dalam abad ke-10 dan secara khusus menyebutkan al-Mahani, bukan karena karyanya
dalam astronomi, melainkan untuk karyanya dalam geometri dan aritmatika. Namun
pekerjaan yang al-Mahani lakukan dimatematika mungkin telah termotivasi oleh
berbagai masalah yang bersifat astronomi. Kita tahu bahwa beberapa karya
al-Mahani dalam aljabar didorong dengan mencoba memecahkan masalah karena
Archimedes. Masalah Archimedes yang berusaha ia pecahkan dengan cara baru
adalah pemotongan bola oleh pesawat sehingga dua segmen yang dihasilkan
memiliki volume rasio tertentu. Hal itu telah Omar Khayyam berikan gambaran
historis penting dari aljabar,yang menempatkan pekerjaan al-Mahani ke dalam
konteks.
Omar
Khayyam menulis: Al-Mahani adalah salah satu penulis modern yang dikandung
gagasan pemecahan teorema bantu yang digunakan oleh Archimedes dalam proposisi
keempat buku kedua dari risalah tentang bola dan silinder aljabar. Namun, ia
menyebabkan persamaan yang melibatkan kubus, kotak dan bilangan yang iagagal
selesaikan setelah melewati perenungan yang panjang. Oleh karena itu, solusi
ini dinyatakan tidak mungkin sampai munculnya Ja'far al-Khazin yang memecahkan
persamaan dengan bantuan bagian kerucut. Omar Khayyam cukup tepat untuk menilai
pekerjaan ini dengan tinggi. Akan terlalu mudah untuk mengatakan bahwa sejak
al-Mahani telah mengusulkan suatu metode solusi yang dia tidak bisa laksanakan
maka karyanya memiliki nilai yang kecil.
Namun
seperti Omar Khayyam sangat menyadari, tidak begitu sama sekali dan kenyataan
bahwa al-Mahani mengandung ide mengurangi masalah seperti menduplikasi kubus
untuk masalah dalam aljabar yang merupakan langkah penting ke depan. Sejumlah
karya al-Mahani yang selamat, adalah komentar-komentar tertentu yang ia tulis
pada bagian Elemen Euclid. Dalam karya khusus tentang rasio-rasio dan tidak
rasional yang terkandung dalam komentar dia memberikan Buku V dan X dari Elemen
bertahan hidup seperti halnya usahanya untuk memperjelas bagian-bagian sulit
dari Buku XIII. Ia juga menulis sebuah karya yang memberikan mereka 26
proposisi di Buku I yang dapat dibuktikan tanpamenggunakan argumen reductio ad
absurdum namun pekerjaan ini telah hilang. Yang juga hilang adalah karyanya
yang mencoba untuk meningkatkan deskripsi yang diberikan oleh Menelaus di
Spherics nya.
9. Al-Khazin
Abu
Ja'far Al-Khazin adalah salah satu
ilmuwan yang dibawa ke istana Rayy oleh penguasa dinasti Buyid, Adud ad-Dawlah,
yang memerintah pada tahun 949-983.
Sekitar
tahun 959 - 960 al-Khazin diminta oleh wazir dari Rayy, untuk mengukur arah
miring ekliptika atau sudut di mana matahari muncul untuk membuat garis
khatulistiwa bumi. Dia dikatakan telah membuat pengukuran menggunakan cincin
sekitar 4 meter. Salah satu dari karya-karya al-Khazin Zij
al-Safa'ih (Tabel cakram dari astrolabe) digambarkan oleh para penerusnya
sebagai karya terbaik di bidang ini dan mereka membuat banyak referensi untuk
itu. Pekerjaan ini menjelaskan beberapa instrumen astronomi, khususnya
menggambarkan sebuah astro label dilengkapi dengan pelat bertuliskan tabel dan
komentar tentang penggunaannya. Salinan instrumen ini dibuat tetapi menghilang
di Jerman padawaktu Perang Dunia II.
Al-Khazin
menulis komentar tentang Ptolemy's Almagest yang dikritik oleh al-Biruni karena
terlalu verbose. Hanya satu fragmen dari komentar ini yang bertahan dan
terjemahan itu. Fragmen yang telah bertahan berisi diskusi oleh al-Khazin dari
argumen Ptolemeus bahwa alam semesta adalah bulat. Ptolemeus menulis dari angka
yang berbeda dari keliling yang sama, satu dengan sudut lebih besar
kapasitasnya, dan oleh karena itu perlu bahwa lingkaran adalah yang terbesar
permukaannya yaitu semua angka dengan perimeter konstan dan bulatan padat yang
terbesar. Al-Khazin memberikan 19 proposisi yang berkaitan dengan pernyataan
Ptolemy. Hasil yang paling menarik menunjukkan, dengan bukti yang sangat
cerdas, bahwa sebuah segitiga sama sisi memiliki luas lebih besar
daripadasegitiga sama kaki atau sisi tak sama panjang dengan perimeter yang
sama. Ketika ia mencoba untuk menggeneralisasi hasil ini untuk poligon,
bagaimanapun, al-Khazin memberikan bukti yang salah. Hasil lain di antara 19
didasarkan pada dalil yang diberikan oleh Archimedes dalam lingkaran dan
silinder.
Karya
yang dijelaskan al-Khazin tampaknya telah memotivasi matematikawan lain yang
bernama al-Khujandi. Al-Khujandi mengklaim telah membuktikan bahwa x3+y3=z3
adalah mustahil untuk bilangan bulat x, y, z yang tentu saja dengan n = 3 pada
kasus Teorema Terakhir Fermat. Dalam surat al-Khazin menulis ”Aku
menunjukkan sebelumnya bahwa apa yang Abu Muhammad al-Khujandi jelaskan semoga Allah kasihanilah dia” dalam
demonstrasinya bahwa jumlah dari dua bilangan kubik tidak kubus adalah rusak
dan tidak benar. Hal ini tampaknya telah memotivasi korespondensi lebih lanjut
tentang teori bilangan antara al-Khazin dan matematikawan Arab lainnya. Hasil oleh
al-Khazin di sini memang menarik. Hasil utamanya adalah untuk menunjukkan
bagaimana, jika kita diberi bilangan, untuk menemukan sejumlah kuadrat sehingga
jika angka yang diberikan ditambahkan ke atau dikurangkan dari itu hasilnya
akan kuadrat. Dalam notasi modern masalah ini diberi bilangan asli, menemukan
bilangan asli x, y, z sehingga x2 + a = y2 dan Al-Khazin membuktikan bahwa keberadaan x, y, z
dengan sifat-sifat ini adalah setara dengan keberadaan bilangan asli u, v
dengan a = 2 uv, dan adalah sebuah kuadratik (faktanya ). Contoh terkecil yang memuaskan
kondisi-kondisi ini adalah 24 yang al-Khazin memberikan 52 + 24 = 72,
52 - 24 = 12. Dia juga memberikan a = 96 dengan 102+
96 = 142, 102 - 96 = 22 walaupun, agak aneh,
ia tampaknya mengurangi hal ini dengan pernyataannya yang lain. Rashed
menyarankan ini mungkin karena 96 = 2 × 48 = 2 × 6 × 8 dan 62 + 82 = 102 adalah
bukan triple Pythagoras primitif. Rashed telah menemukan sebuah naskah yang
tampaknya oleh al-Khazin, namun berisi persis apa yang telah dikaitkan dengan
al-Khujandi.
Walaupun
al-Khazin bisa menyadari kesalahan dalam bukti al-Khujandi dan mencoba bukti
dirinya sendiri yang dia yakini benar, tidak ada penjelasan yang benar-benar
memuaskan dari fakta-fakta ini. Akhirnya menyebutkan bahwa al-Khazin
mengusulkan model tata surya yang berbeda dari Ptolemy. Ptolemy mengatakan
bahwa matahari bergerak dalam gerak melingkar seragam terhadap pusat yang tidak
bumi. Al-Khazin tidak senang dengan model ini karena ia mengklaim bahwa jika
memang demikian maka jelas diameter matahari akan bervariasi sepanjang tahun
dan observasi menunjukkan bahwa ini tidak terjadi. Tentu saja diameter nyata
dari matahari bervariasi tetapi dengan jumlah yang terlalu kecil untuk diamati
oleh al-Khazin. Untuk mendapatkan putaran masalah ini, al-Khazin mengusulkan
model di mana matahari bergerak dalam lingkaran yang berpusat di bumi, tetapi
gerakannya tidak seragam terhadap pusat, melainkan adalah seragam tentang titik
lain (disebut excentre)
10. Al-Karaji
Abu
Bakar bin Muhammad bin Al Husain al-Karaji atau al-Karkhi (953 di
Karajatau Karkh - 1029) adalah seorang matematikawan muslim Persia abad ke-10 dan
insinyur. Penulis kitab bertajuk Al-Kafi fi Al-Hisab (Pokok-pokok
Aritmatika). Tiga
karya utamanya adalah:
1.
Al-Badi' fi'l-hisab (perhitungan yang indah)
2.
Al-Fakhri fi'l-jabr wa'l-muqabala (aljabar yang
agung)
3.
Al-Kafi fi'l- hisab (perhitungan yang
memadai)
Karena
karya asli al-Karaji dalam bahasa Arab hilang, belum diketahui secara pasti apa
nama pastinya.
Al-Karkhi,
menunjukkan bahwa ia lahir di Karkh, pinggiran kota Baghdad, atau al-Karaji
menunjukkan keluarganya berasal dari kota Karaj. Dia memang tinggal dan bekerja
untuk sebagian besar hidupnya di Baghdad, yang merupakan pusat ilmiah dan
perdagangan dunia Islam. Al-Karaji menulis tentang matematika dan teknik.
Beberapa
menganggap diahanya ulang ide-ide orang lain ia dipengaruhi oleh Diophantus
tetapi kebanyakan menganggapnya lebih orisinil, khususnya untuk membebaskan
aljabar dari geometri. Dia secara sistematis mempelajari aljabar eksponen, dan
adalah yang pertama untuk menyadari bahwa urutan dapat
diperpanjang tanpa batas waktu, dan reciprocals ,… Namun, karena misalnya produk persegi dan
kubus akan dinyatakan, dalam kata-kata daripada angka, sebagai kubus-persegi,
sifat-sifat bilangan dari menambahkan eksponen menjadi tidak jelas.
Dia
menggunakan bentuk induksi dalam karyanya yang sekarang hilang danhanya
diketahui dari kutipan berikutnya oleh al-Samaw'al, ia menulis pada teorema
binomial dan segitiga Pascal. Karyanya pada aljabar dan polinomial, memberikan
aturan untuk operasi aritmatika untuk menambahkan, mengurangi dan mengalikan
polinomial, meskipun ia dibatasi untuk membagi polinomial oleh monomials.
Al-Karaji
memperkenalkan ide argumen dengan induksi matematika. Sepertikata Katz: Gagasan
lain yang penting yang diperkenalkan oleh al-Karaji dan dilanjutkan oleh
al-Samaw'al dan lain-lain adalah suatu argumen induktif untuk menangani dengan
urutan aritmatika tertentu. Dengan demikian al-Karaji menggunakan argumen untuk
membuktikan hasil pada jumlah integral pangkat tiga yang sudah dikenalkan Arya
bhata. Al-Karaji tidak pernah, bagaimanapun, menyatakan hasil umum untuk peubah
n. Dia menyatakan teoremanya untuk bilangan bulat tertentu 10. Buktinya,
bagaimanapun, jelas dirancang untuk menjadi diperpanjang ke integer lain.
Argumen Al-Karaji ini termasuk pada intinya dua komponen dasar dari sebuah
argumen modern oleh induksi, yaitukebenaran pernyataan tersebut untuk n= 1 (1 =
13) dan berasal dari kebenaran untuk n=k dari
n= k-1. Tentu saja, komponen kedua tidak eksplisit karena, dalam arti
tertentu, argumen al-Karaji, ia mulai dari n = 10 dan turun ke 1daripada
melanjutkan ke atas.
Namun
demikian, argumennya dalam al-Fakhri adalah bukti paling awal yang
masih ada tentang rumus jumlah untuk integralpangat tiga. Woepcke adalah
sejarawan pertama yang menyadari pentingnya kerja al-Karaji dan kemudian
sebagian besar sejarawan setuju dengan penafsiran nya. Ia menggambarkan sebagai
penampilan pertama dari teori kalkulus aljabar. Rashed setuju dengan penafsiran
Woepcke dan mungkin bahkan melangkah lebih jauh dalam menekankan pentingnya
al-Karaji's. Dia menulis tujuanyang lebih atau kurang eksplisit eksposisi
Al-Karaji itu adalah untuk mencari cara mewujudkan otonomi dan kekhususan
aljabar, sehingga berada dalam posisi untuk menolak, khususnya, representasi
geometrik operasi aljabar.
Untuk
memberikan kutipan dari deskripsi Rashed tentang kontribusi al-Karaji:karya
Al-Karaji memegang tempat penting dalam sejarah matematika penemuan dan
pembacaan karya aritmatika dari Diophantus, dalam konsepsi yang jelas dan
metode aljabar al-Khawarizmi dan algebraists Arab lainnya, dimungkinkan sebuah
keberangkatan baru dalam aljabar oleh Al-Karaji Jadi apa yang ini keberangkatan
baru dalam aljabar? Mungkin paling tepat digambarkan oleh al-Samawal, salah
satu penerus al-Karaji, yang menggambarkannya sebagai beroperasi pada
penggunakan semua alat aritmatika yang tidak diketahui, dengan cara yang sama
sebagai ahli aritmetika beroperasi pada yang diketahui.
Apa yang
al-Karaji capai di Al-Fakhri pertama kali untuk menentukan monomials x, x2,
x3, ... dan , ... dan memberikan aturan untuk produk setiap
dua dari ini. Jadi apa yang dicapai di sini adalah mendefinisikan produk dari
istilah-istilah ini tanpa ada referensi ke geometri. Bahkan ia hampir saja
memberikan rumus xn. xm = xm+n untuk semua bilangan
bulat n dan m tapi ia gagal membuat definisi x0= 1 sehingga ia hanya
memberikan keterangan singkat.
Setelah
aturan yang diberikan untuk perkalian dan pembagian monomials al-Karaji lalu
memandang "jumlah komposit" atau jumlah dari monomials. Untuk ini ia
memberikan aturan untuk penambahan, pengurangan dan perkalian tetapi tidak
untuk pembagian dalam kasus umum, hanya memberikan aturan untuk pembagian
kuantitas komposit dengan sebuah monomial. Dia mampu memberikan aturan untuk
mencari akar kuadrat dari kuantitas komposit yang tidak sepenuhnya umum karena
diperlukan koefisien untuk menjadi positif, tetapi masih merupakan pencapaian
yang luar biasa.
Al-Karaji
juga menggunakan bentuk induksi matematika dalam argumennya, meskipun ia tentu
saja tidak memberikan penjelasan ketat yang prinsip. Pada dasarnya apa yang
al-Karaji lakukan ini adalah untuk menunjukkan argumen untuk n= 1, kemudian
membuktikan kasus n= 2 berdasarkan hasil nya untuk n = 1, kemudian
membuktikan kasus n= 3 berdasarkan hasil nya untuk n= 2,dan membawa ke sekitar
n = 5 sebelum berkomentar bahwa seseorang dapat melanjutkan proses tanpa batas.
Meskipun
ini bukan induksi yang tepat, ini adalah langkah besar menuju pemahaman bukti
induktif. Salah satu hasil yang al-Karaji gunakan bentuk induksi berasal dari
karyanyatentang teorema binomial, koefisien binomial dan segitiga Pascal. Dalam
Al- Fakhri al-Karaji menghitung (a+b)3 dan di
Al-Badi ia menghitung (a-b)3 dan (a+b)4
Pembangunan
umum dari segitiga Pascal diberikan oleh al-Karaji dalam karyanya yang
dijelaskan dalam tulisan-tulisan al-Samawal. Dalam terjemahan oleh Rashed dan
Ahmad al-Samawal menulis: Mari kita ingat prinsip untuk mengetahui jumlah yang
diperlukan dalam perkalian dari derajat satu sama lain,untuk setiap bilangan
dibagi menjadi dua bagian. Al-Karaji mengatakan bahwa untuk menggantikan kita
harus menempatkan 'satu' di atas meja dan 'satu' dibawah 'satu' yang pertama,
bergerak 'satu' yang pertama ke kolom kedua, tambahkan 'satu' yang pertama
untuk satu ''di bawah ini. Dengan demikian kita memperoleh 'dua', kita menaruh
di bawah 'satu' ditransfer dan kami tempat 'satu' yang kedua di bawah 'dua'.
Kami memiliki 'satu' itu, 'dua', dan 'satu'. Untuk melihat bagaimana kolom
kedua dari 1,2,1 sesuai dengan mengkuadratkan a + b al-Samawal terus untuk
menggambarkan penulisan karya Al-Karaji: Hal ini menunjukkan bahwa untuk setiap
nomor terdiri dari dua angka, jika kita masing-masing beberapa dari mereka
dengan sendirinya sekali- karena dua ekstrem adalah 'satu' dan 'satu' - dan
jika kita kalikan masing-masing satu oleh yang lain dua kali - karena jangka
menengah adalah 'dua' -kita memperoleh kuadrat dari nomor ini.
Ini
adalah deskripsi indah dari teorema binomial menggunakan segitiga Pascal.
Deskripsi berlanjut hingga koefisien binomial yang memberikan (a+b)5
tetapi kita hanya akan mengutip bagaimana al-Karaji konstruksi kolom ketiga
dari kedua Jika kita transfer 'satu' di
kolom kedua menjadi kolom ketiga, kemudian tambahkan 'satu' dari kolom kedua
untuk 'dua' di bawah ini, kita memperoleh 'tiga' yang akan ditulis di bawah
'satu' pada kolom ketiga. Jika kita kemudian tambahkan 'dua' dari kolom kedua
untuk''satu 'di bawah ini kita memiliki' tiga'yang ditulis di bawah' tiga ',
maka kita menulis' satu 'di bawah ini' tiga '; kami sehingga mendapatkan kolom
ketiga yang jumlahnya adalah 'satu', 'tiga', 'tiga',dan 'satu' Hasil lain yang
diperoleh oleh al-Karaji termasuk menjumlahkan n pertama bilangan asli, kuadrat
n bilangan asli pertama dan pangkat angka-angka ini. Dia membuktikan bahwa
jumlah bilangan asli n pertama ½ n(n+ 1). Dia juga memberikan (dalam terjemahan
Rashed dan Ahmad):Dalam notasi modern; ∑i2 = ∑i + ∑i (i - 1).
Al-Karaji
juga mempertimbangkan jumlah dari pangkat tiga dari n bilangan asli pertama
menulis (dalam terjemahan Rashed dan Ahmad): Jika kita ingin menambahkan
pangkat tiga dari bilangan yang mengikuti satu sama lain mereka kita kalikan
jumlah mereka dengan dirinya sendirinya.Dalam notasi modern ∑ i3=
(∑ i)2. Al-Karaji menunjukkan bahwa (1 + 2 + 3 + ... + 10)2
sama dengan 13+ 23+ 33 + ... + 103.
Dia telah melakukan ini dengan memperlihatkan terlebih dahulu bahwa (1 + 2 + 3
+ ... + 10)2 = (1 + 2 + 3 + ... + 9)2+ 103.
Dia sekarang bisa menggunakan aturan yang sama pada (1 + 2 + 3 + ... + 9)2,
kemudian pada (1+ 2 + 3 + ... + 8)2 dst. Untuk mendapatkan( 1 + 2 +
... + 10)2 = (1 + 2 + 3 + ... + 8)2 + 93+ 103=
(1 + 2 + 3 + ... + 7)2 + 83+ 93+ 103
= 13+ 23+33+ ... + 103.
Akhirnya
kita harus menyebutkan pengaruh Diophantus pada al-Karaji. Lima kitab pertama
Diophantus's Arithmetica telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh ibn Liqa
pada sekitar tahun 870 dan ini dipelajari oleh al-Karaji. Woepcke dalam
pengantar untuk Al-Fakhri menulis bahwa dia menemukan lebih dari sepertiga
masalah buku pertama dari Diophantus, masalah buku kedua dimulai dengan
kedelapan, dan hampir semua masalah buku ketigadimasukkan oleh al-Karaji di
koleksinya.Al-Karaji juga menemukan banyak masalah barunya sendiri tapi bahkan
orang-orang Diophantus pasti tidak hanya diambil tanpa pengembangan lebih
lanjut.Dia selalu berusaha menggeneralisasi hasil Diophantus dan untuk
menemukanmetode lebih umum yang berlaku.
Sumber : Sini Lagi
Sumber : Sini Lagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar